Ponorogo — Minggu (14/09/2025), bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. kajian Sejiwa kembali hadir dengan berkolaborasi bersama Masjid Mahya Ponorogo. Kajian ini mengusung tema “Anti Galau: Menyeimbangkan Cinta ala Rasulullah.” Acara dimulai tepat pukul 08.56 WIB dan diawali dengan tilawah bersama. Berbeda dari sebelumnya, dalam kajian kali ini terdapat beberapa blank card berisi curahan kerinduan peserta kepada Baginda Nabi saw. yang dibacakan dengan penuh khidmat. Usai pembacaan blank card, acara inti dimulai dengan penyampaian materi oleh Ustadz A. Khoirul Muttaqin dengan Nur Iswahyudi sebagai moderator.
Dalam materinya, Ustadz A. Khoirul Muttaqin atau yang akrab disapa Gus Taqin, menekankan tiga pokok penting mengenai keseimbangan cinta ala Rasulullah saw. Diawali dengan mencintai diri sendiri, mencintai orang lain, dan bahkan sampai pada tahap mencintai musuh. Ia menjelaskan bahwa cinta kepada diri sendiri menjadi dasar yang harus ditumbuhkan terlebih dahulu, yakni dengan merawat hati, pikiran, dan kesehatan mental. “Menjaga penampilan agar tetap baik adalah bagian dari meneladani Rasulullah saw. Namun, lebih dari itu, beliau juga mengajarkan pentingnya menjaga hati, pikiran, dan mental health,” tutur beliau.
Selain mencintai diri sendiri, kita juga diajarkan untuk mencintai orang lain. Dalam banyak riwayat, khususnya dalam Kitab asy-Syama’il al-Muhammadiyyah karya Imam at-Tirmidzi, disebutkan bahwa Rasulullah saw. ketika berbicara dengan seseorang selalu menghadapkan wajah sepenuhnya, menjaga hati lawan bicara, serta berkata dengan santun dan beradab. Sikap ini merupakan wujud penghormatan yang tulus kepada setiap manusia. “Rasulullah saw. senantiasa mengucapkan kata-kata yang baik dan penuh hikmah, sehingga tidak menyakiti orang lain. Beliau memahami bahwa setiap manusia, dengan segala keterbatasan dan kesalahannya, tetap memiliki kehormatan yang harus dijaga,” ungkap Gus Taqin.
Lebih jauh, Gus Taqin menuturkan bahwa Rasulullah saw. tidak pernah memotong pembicaraan lawannya, sekalipun yang disampaikan berupa kritik atau cercaan. Bahkan ketika berhadapan dengan musuh, beliau tetap menjaga rasa hormat kepada mereka sebagai sesama manusia. Dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan, beliau menghadapi setiap keadaan tanpa pernah berlaku kasar ataupun menghina. ”Rasulullah saw. mengajarkan, bukan orangnya yang kita benci, melainkan akhlak dan perilakunya. Tidak selamanya orang yang membenci kita harus kita doakan dengan keburukan. Melaknat ataupun mengampuni bukanlah hak kita,” ujarnya.
Menjelang akhir materi, sesi tanya jawab digelar dengan melibatkan peserta, baik yang hadir secara langsung maupun secara daring. Pertanyaan dari peserta daring disampaikan melalui Google Form yang telah disediakan, lalu dipilih untuk diajukan. Dalam kesempatan menjawab berbagai persoalan, Gus Taqin menegaskan bahwa dalam urusan cinta, kekecewaan adalah sesuatu yang tak terelakkan. “Kecewa itu pasti, maka jangan terlalu berharap dan berekspektasi,” pungkasnya.
Sebagai moderator, Nur Iswahyudi menutup acara dengan menegaskan kembali pentingnya menempatkan cinta pada porsi yang tepat. Meneladani cinta Rasulullah saw. berarti belajar menyesuaikan diri dengan tahapan yang beliau contohkan, sekaligus memahami sejauh mana kita mampu mengelola perasaan itu. Sebab, rasa galau itu kerap lahir ketika cinta tidak sesuai pada tempat yang seharusnya. “Galau lahir ketika cinta tidak pada tempatnya. Saat kenyataan tak sejalan dengan harapan, ketika angan-angan melebihi batas kemampuan, dan ketika kita terlalu sibuk mengejar kebahagiaan namun justru menjauh dari Sang Pencipta kebahagiaan,” tutup Nur.
Terselenggaranya kajian Sejiwa bersama Masjid Mahya kali ini mendapat sambutan positif dari para peserta, salah satunya dari Loveta. Ia menuturkan bahwa banyak hal berharga yang didapatkan dari pembahasan kali ini. “Di zaman yang sudah tidak baik-baik saja, Sejiwa hadir sebagai wadah untuk belajar Islam dengan cara yang lebih mudah dan menyenangkan. Selain untuk belajar agama, kajian ini juga bisa menjadi ruang membangun relasi yang lebih luas, baik dalam pekerjaan maupun pertemanan. Kiranya Allah Swt. selalu memudahkan niat baik kita semua,” tulis Loveta.
Tanggapan serupa datang dari Sobat Sejiwa, Vivi. Menurutnya, kajian kali ini membuka cara pandang baru dalam memahami makna cinta yang berbeda. “Biasanya kalau bicara soal cinta identiknya dengan hal-hal romantis, tapi di sini saya belajar bahwa cinta itu luas. Kajian seperti ini bukan hanya menambah pengetahuan, tapi juga menenangkan hati. Semoga acara semacam ini bisa rutin diadakan,” ujarnya.