Ponorogo, 31 Agustus 2025 – Gelombang semangat anak muda Ponorogo kembali menyatu dalam forum Sejiwa (Spesial Ngaji Kawula Muda). Kajian edisi keempat kali ini mengangkat tema yang sangat dekat dengan kehidupan generasi muda: “Mental Penuh Beban, Saraf Jadi Korban, Tenangkan dengan Al-Qur’an”.
Bertempat di Aula Hotel Latiban, Ponorogo, acara ini dihadiri lebih dari 300 peserta. Suasana hangat terasa sejak awal, ketika peserta mulai memenuhi ruangan, sebagian datang bersama teman, sebagian lain sendirian dengan rasa penasaran. Wajah-wajah penuh antusias menandakan bahwa mereka sedang mencari jawaban, ilmu, sekaligus ketenangan.
Kajian ini menghadirkan dua narasumber utama: dr. Dwi Kusumaningsih, Sp.N FINA (dokter spesialis saraf) dan Gus Taqin (Ust. Ahmad Khoirul Muttaqin), pengasuh Pondok Pesantren Tartilul Qur’an Ad-Dasuki Ponorogo. Kehadiran keduanya mencerminkan tujuan Sejiwa: memadukan sains modern dengan hikmah Al-Qur’an.
Moderator Ayez Maahadi memandu jalannya acara dengan santai namun tetap menjaga alur diskusi agar terarah.
Dalam sesinya, dr. Dwi membuka wawasan peserta tentang bagaimana otak bekerja dan bagaimana stres memengaruhi tubuh secara menyeluruh. Ia menjelaskan bahwa stres bukan sekadar “perasaan tidak nyaman”, tetapi bisa berdampak pada sistem saraf, hormon, bahkan kesehatan jantung.
Beberapa poin penting yang beliau sampaikan antara lain:
Stres positif vs stres negatif: Stres positif bisa memotivasi, sedangkan stres negatif bisa melemahkan.
Dampak stres pada tubuh: gejala seperti sakit kepala, sulit tidur, cepat lelah, hingga gangguan konsentrasi sering kali bersumber dari stres.
Coping mechanisms: strategi untuk mengelola stres dengan lebih sehat.
Fokus pada hal yang bisa dikendalikan: daripada menghabiskan energi pada hal-hal di luar kendali, lebih baik mengarahkan pikiran pada langkah yang bisa dilakukan.
Menghindari pelampiasan negatif: banyak orang lari pada hal-hal yang justru merugikan, padahal ada cara-cara sehat untuk mengalihkan beban mental.
“Stres itu bagian dari hidup. Yang membedakan adalah bagaimana kita menyikapinya. Jika kita mampu mengelola, stres bisa jadi alat untuk bertumbuh,” tegas dr. Dwi, disambut anggukan para peserta.
Melanjutkan sesi sains, Gus Taqin memberikan pencerahan dari sisi spiritual. Beliau mengajak jamaah menelusuri kisah-kisah kesabaran dalam Al-Qur’an, seperti kesabaran para nabi dan keluarga Imron, yang diuji dengan berbagai cobaan namun tetap teguh dalam iman.
Gus Taqin mengingatkan bahwa setiap ujian yang kita alami selalu datang bersama janji Allah:
Janji bahwa kesabaran akan mendatangkan ridho.
Janji bahwa setiap kesulitan akan disertai kemudahan.
Janji bahwa Allah selalu bersama hamba-Nya yang bersabar.
“Jangan merasa sendirian. Ujian yang kita alami adalah bagian dari kasih sayang Allah. Kesabaran adalah kunci, dan Qur’an adalah obat bagi hati,” tutur beliau penuh kelembutan.
Peserta tampak terharu mendengarkan kisah-kisah Qur’ani yang relevan dengan keresahan hidup mereka.
Sesi tanya jawab menjadi momen paling interaktif. Banyak peserta memberanikan diri untuk bercerita tentang masalah pribadi, mulai dari tekanan kuliah, masalah keluarga, hingga kegelisahan menghadapi masa depan.
Yang menarik, forum ini menjadi tempat curhat yang sehat: bukan sekadar meluapkan keluh kesah, tetapi langsung ditanggapi dengan penjelasan medis dari dr. Dwi dan nasihat Qur’ani dari Gus Taqin. Kombinasi ini membuat peserta merasa lebih tercerahkan.
“Saya baru sadar kalau stres saya ini sebenarnya bisa saya kelola. Dan Qur’an memberi saya kekuatan untuk tetap sabar,” ungkap salah satu peserta.
Selama lebih dari dua jam, acara berlangsung khusyuk sekaligus hangat. Banyak peserta merasa durasi terasa singkat karena diskusi begitu mengalir. Ada yang datang karena haus ilmu, ada yang rindu forum kajian, ada juga yang ingin mencari jawaban atas beban hidup. Semua melebur menjadi satu keluarga belajar.
Antusiasme ini juga terlihat dari evaluasi peserta. Beberapa testimoni menyentuh hati, seperti:
“Kajian Sejiwa membuat saya merasa lebih tenang, karena ternyata banyak yang punya ujian hidup, dan kita tidak sendirian.”
“Kolaborasi dokter dan ustadz itu luar biasa. Saya dapat ilmu medis sekaligus pencerahan rohani.”
“Durasi terlalu singkat, semoga kajian seperti ini lebih sering diadakan.”
Kajian Sejiwa Vol. 4 membuktikan bahwa forum kajian bisa hadir dengan cara yang santai, relevan, dan membumi. Dengan memadukan perspektif sains dan Al-Qur’an, anak muda tidak hanya mendapat pengetahuan, tetapi juga bekal spiritual untuk menghadapi kehidupan.
Sejiwa berharap kegiatan ini terus menjadi ruang positif bagi kawula muda Ponorogo dan sekitarnya, agar mereka semakin kuat, bijak, dan berpegang teguh pada nilai-nilai Islam.